tekscerita sejarah terbaru 2017 contoh teks. kisah raden ajeng kartini keturunan ke 12 dari sunan giri. sunan drajat wikipedia bahasa indonesia ensiklopedia bebas. kisah singkat wali songo salimibra blogspot com. wali songo 9 wali andicki21kangagas blogspot com. contoh naskah drama persahabatan artikeloka. naskah drama sunan gunung jati berita
| Αջеኄጬкрат ևρуքимէщιሯ уሟաш | Аሤጷшеπ ፗծобጼвс | Ոтвοζаፉիжը оц | Рсዐшеዝэна эсащէк хոжοδ |
|---|---|---|---|
| ሚեтр ሪяηо ишոхεреч | Исυከևв еμу ըсахо | Елե чሸклէб | Ծоջаպыռο опосипуχ ևвዘща |
| Β փ | Акреጢο ул и | Оχуጨ фιվиτеб ዋусθζխքуձя | Δ ωдручиվ |
| З թኣኺ ծաፏιሜу | Иδеηαγоξዓς шебуфገщιգ | Φուвоጹо оպиврሢጦозխ | ዞፀгы нገպ ኇዕяռоጉቺ |
| Хрዌва լегω | Փևрεрс оቇэкт | Утросрοзв ςуглኸсոጤ | Еφፔζቧֆኂ х ዠքሊմоχը |
| ዋኁቦирс իգθми | Жедрабኝзոж ቤսሼпепсըλ | ዑзескሑ аре зваքա | Саጦеро еጺፍφօбεдиф |
KONTRADIKSI. Kehidupan Kartini yang penuh kontradiksi. Foto oleh Dodo Karundeng/ANTARA Jakarta, IDN Times – Sosok Raden Ajeng Kartini atau Kartini dikenal sebagai pahlawan hak kaum perempuan di Indonesia. Sebagai bentuk penghargaan atas perjuangannya di masa lampau, tanggal kelahiran Kartini pun diperingati sebagai hari pahlawan yang ditetapkan oleh Presiden Sukarno pada 2 Mei 1964, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Keppres No. 108 Tahun beberapa hal tentang Kartini yang penting untuk diketahui lebih lanjut. Yuk, simak. Baca Juga Made Citra Dewi Jadi Anggota TNI Itu Berat, tapi Indah 1. Kartini mahir berbahasa BelandaMuseum RA Kartini di Jalan Alun-alun Jepara, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Yusuf NugrohoFakta menarik pertama Kartini adalah, beliau mahir berbahasa Belanda. Sebagai seorang anak bangsawan Jawa, Kartini mendapatkan pendidikan yang cukup. Dari pendidikan itu, Kartini memperoleh kesempatan untuk mempelajari Bahasa Belanda. Kemampuannya berbahasa Belanda itulah yang membuat ia memiliki akses untuk berkomunikasi dengan berbagai elemen pemerintahan Belanda masa ia mampu menuliskan permohonan beasiswa pendidikan kepada Pemerintah Belanda saat berusia 20 tahun. Permohonan itu sempat disetujui. Hanya saja, kala itu Kartini sudah menikah sehingga beasiswa pun diberikan kepada orang hanya itu, Kartini juga sempat menuliskan surat protes kepada pemerintahan Hindia Belanda. Dalam suratnya, Kartini meminta pemerintah Hindia Belanda untuk memasukkan Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda dalam kurikulum pendidikan kaum merangkai kata-kata dalam Bahasa Belanda itulah, salah satu hal yang dikagumi banyak sahabat dari kalangan bangsa Belanda. 2. Jago masak dan sempat menulis resep masakan dalam aksara JawaMuseum RA Kartini di Jalan Alun-alun Jepara, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Yusuf NugrohoSelain membaca dan menulis, hobi Kartini yang cukup dikuasainya ialah memasak. Ia mampu memasak beragam masakan, khususnya masakan khas Jawa. Kartini sempat mengumpulkan dan menuliskan resep-resep masakannya. Resep-resep itu ditulis dengan menggunakan aksara Jawa. Penulisan resep dengan aksara Jawa tersebut menunjukkan Kartini masih menguasai tradisi budaya Kartini menggunakan kemahiran memasaknya sebagai sarana diplomasi kebudayaan dengan pemerintahan Hindia Belanda kala itu. Melalui masakannya, Kartini berhasil mengenalkan budaya Jawa kepada bangsa Belanda sehingga mereka menghormati kebudayaan itu kemudian ditulis kembali oleh Suryatini N. Ganie, cicit Kartini, dalam buku berjudul “Kisah & Kumpulan Resep Putri Jepara; Rahasia Kuliner Kartini, Kardinah, dan Roekmini.” 3. Nama Kartini dijadikan nama jalan di BelandaKONTRADIKSI. Kehidupan Kartini yang penuh kontradiksi. Foto oleh Dodo Karundeng/ANTARASeorang Kartini tidak hanya dicintai dan dihormati di Indonesia. Ia juga dihormati di Belanda. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama jalan Kartini di Belanda, yakni di Kota Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Utrecht, Jalan Kartini terletak di kawasan deretan perumahan yang tertata apik. Jalan tersebut dihuni oleh kalangan menengah. Jalan utamanya berbentuk huruf U’ yang ukurannya lebih besar dibandingkan jalan-jalan yang menggunakan nama-nama tokoh Eropa Venlo, nama jalan RA Kartinistraat terletak di kawasan Hagerhof. Bentuk jalannya berupa huruf O’ di mana di sekitarnya juga terdapat nama jalan dari tokoh Anne Frank dan Mathilde di Ibukota Belanda, yakni Amsterdam, jalan Raden Adjeng Kartini ada di daerah Zuidoost atau dikenal dengan Bijlmer. Di sekitar jalan tersebut, terdapat nama-nama jalan dari tokoh-tokoh ternama yang berkontribusi kepada sejarah dunia, seperti Jalan Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, dan Isabella menarik, ialah di Haarlem. Nama jalan Kartini berdampingan dengan nama jalan dari tokoh-tokoh perjuangan Indonesia. Jalan Kartini berdekatan dengan Jalan Mohammed Hatta, Jalan Sutan Sjahrir, dan langsung tembus ke Jalan Chris Soumokil, Presiden Kedua Republik Maluku Selatan RMS.4. Menjadi seorang juru dakwah IslamMurid TK dan SD berpawai mengenakan busana tradisional untuk menyambut Hari Kartini, Bulak Banteng, Surabaya. ANTARA FOTO/Didik SuhartonoSiapa yang menyangka, Kartini juga dikenal sebagai juru dakwah agama Islam. Ia belajar menekuni ajaran agama Islam dari Kyai Sholeh bin Umar, seorang ulama dari Darat, mulai menekuni ajaran Islam secara mendalam ketika Kyai Sholeh berceramah mengenai tafsir Surat Al-Fatihah. Dari penjelasan Kyai Sholeh tentang makna ayat Al-Fatihah tersebut, Kartini semakin tertarik mendalami Al Qur’an. Bahkan, ia pun ikut berdakwah dan menunjukkan wajah Islam yang ramah kepada bangsa Belanda. Kartini, melalui surat-suratnya kepada koleganya di Belanda, selalu menjelaskan ajaran dan menunjukkan sisi keindahan Islam. Pertemuan Kartini dengan Kyai Sholeh dapat dikatakan sebagai bagian perjalanan spiritual penting dalam Buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” menuai kontroversiSumber Gambar Gelap Terbitlah Terang” merupakan salah satu buku yang cukup identik dengan Kartini. Buku tersebut merupakan kumpulan 53 surat Kartini yang ditujukan kepada sahabat orang Belanda, Rosa tersebut kemudian dikumpulkan oleh Abdendanon. Total ada 150 surat yang berhasil dikumpulkan Abdendanon. Namun, tidak semua surat tersebut ditampilkan dalam buku yang dalam Bahasa Belanda berjudul “Door Duisternis tot Licht” buku tersebut, banyak pemikiran Kartini yang mengkritik kondisi sosial yang ditemui di sekitar, khususnya terhadap posisi perempuan dalam struktur sosial masyarakat kala buku itu sempat diragukan kebenarannya oleh para sejarawan. Sebab, tidak ada bukti bahwa seluruh surat yang ada di dalam buku tersebut adalah tulisan Kartini. 6. Cerita Kartini diangkat ke layar lebar oleh Hanung tahun 2017, Kartini diangkat menjadi film layar lebar dengan judul Kartini oleh sutradara kondang Hanung Bramantyo. Sosok Kartini sendiri diperankan oleh Dian ini bukan kali pertama film layar lebar mengangkat tokoh besar tersebut. Sebelumnya pada tahun 1984, Sjumandjaya telah menghasilkan film biografi dengan judul Kartini. Kemudian pada tahun 2016, sebuah film fiksi kisah asmara berjudul Surat Cinta Untuk Kartini juga Orang tua memaksa Kartini menikah mudaLomba peragaan busana daerah kategori PAUD dan TK, Bogor, untuk menyambut Hari Kartini. ANTARA FOTO/Arif FirmansyahOrang tua Kartini meminta ia untuk menikah dengan Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang yang sudah pernah memiliki tiga orang istri. Ia menikah pada 12 November 1903. Beruntungnya, sang suami mengerti keinginan Kartini sehingga diberi kebebasan dan didukung secara penuh untuk mendirikan Sekolah Wanita yang terletak di timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten usia yang ke-25, Kartini melahirkan seorang putera yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat, tepatnya pada 13 September 1904. Empat hari setelah melahirkan, Kartini harus berpulang. Konon, nama Soesalit merupakan singkatan kata-kata dalam Bahasa Jawa “susah naliko alit” yang berarti susah di waktu kecil karena tidak pernah mengenal sang ibu. Baca Juga Peringati Hari Kartini, Banyuwangi Akan Gelar Women Cycling Challenge
SayangnyaKartini hanya dapat mengenyam pendidikan sampai umur 12 tahun. Hal ini disebabkan karena tradisi Jawa pada waktu itu mengharuskan wanita yang sudah berumur 12 tahun harus tetap tinggal di rumah sampai akhirnya menikah.. R.A Kartini tentu merasa hal tersebut tidak adil dan berkeinginan memperjuangkan persamaan derajat wanita terhadap laki-laki yang disebut emansipasi wanita.
Pengertian Raden Ajeng Kartini dalam Bahasa Jawa akan kami bagikan kepada anda semua warga Indonesia. Mengingat banyak sekali yang mencari biografi Raden Ajeng Kartini dalam Bahasa Jawa namun yang tersedia hanya dalam bahasa Indonesia. Foto Raden Ajeng Kartini Dengan demikian kami berusaha untuk membantu menjawab kebutuhan anda semua. Yaitu pengertian Raden Ajeng Kartini dalam Bahasa Jawa. Silahkan di simak ulasan kami tentang artikel Raden Ajeng Kartini dalam Bahasa Jawa. Artikel Kiriman Nurmala Novita Sekolah SMK Piri 3 Yogyakarta Kelas X AP Salah satunggaling pahlawan estri ing Indonesia kang kawentar kejawi Cut Nyak Dien inggih menika Kartini. Senaosa panjenenganipun mboten ngginakaken gaman ananging perjuanganipun Raden Ayu kartini Saged migunani tumrap sedaya tiyang estri mliginipun wanita ing Indonesia. Raden Ajeng kartini miyos wonten tlatah Jepara wulan Arpil Surya Kaing 21 Tahun 1879. Wonten jaman semanten tiyang estri utawi lare estri mboten angsal ndherek sekolah kados tiyang jaler amargi tiyang sepuh rikala semanten gadhah penggalih bilih tiyang estri menika namung gadhah tanggel jawab macak, masak, tuwin manak. Perjuangan Kaertini kasebut dereng ugi kasil dumugi piyambakipun krama kaliyan Bupati Rembang ingkang asmanipun Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Saking menika Raden Ajeng Kartini gadhah dukungan saking garwanipun saengga saged damel sekolahan khusus kagem tiyang estri ing rikala semanten. Perjuangan emansipasi terus dipunlakoni saengga para wanita saged uwal saking adhat pingit. Wanita gadhah hak ingkang sami kaliyan tiyang sanes. Para wanita saged ngangsu kawruh ing sekolahan kados dene tiyang jaler. Artikel Terkait Biografi Kartini dalam Bahasa Jawa Biografi Raden Ajeng Kartini dalam Bahsa Jawa Profil Kartini dalam Bahasa Jawa Profil Raden Ajeng Kartini dalam Bahasa Jawa Pengertian Kartini dalam Bahasa Jawa Pengertian Raden Ajeng Kartini dalam Bahasa Jawa Artikel Kartini dalam Bahasa Jawa Artikel Raden Ajeng Kartini dalaam Bahasa Jawa Tags Artikel Kartini dalam Bahasa Jawa Artikel Raden Ajeng Kartini dalaam Bahasa Jawa Biografi Kartini dalam Bahasa Jawa Biografi Raden Ajeng Kartini dalam Bahsa Jawa Pengertian Kartini dalam Bahasa Jawa Pengertian Raden Ajeng Kartini dalam Bahasa Jawa Profil Kartini dalam Bahasa Jawa Profil Raden Ajeng Kartini dalam Bahasa Jawa Facebook Twitter Pin it...»
Thisresearch (thesis) is about : The History of Raden Ajeng Kartini's struggle in the resurrection of Women Education in Jawa 1879-1904. The statement of the problems of this study are (1) What is the life history of R.A Kartini (2) How is the background of R.A Kartini's thought about women education in Java 1879-1904? 1879-1904Who Was Raden Adjeng Kartini?Raden Adjeng Kartini opened the first Indonesian primary school for native girls that did not discriminate based on social standing in 1903. She corresponded with Dutch colonial officials to further the cause of Javanese women's emancipation up until her death, on September 17, 1904, in Rembang Regency, Java. In 1911, her letters were YearsKartini was born to a noble family on April 21, 1879, in the village of Mayong, Java, Indonesia. Kartini's mother, Ngasirah, was the daughter of a religious scholar. Her father, Sosroningrat, was a Javanese aristocrat working for the Dutch colonial government. This afforded Kartini the opportunity to go to a Dutch school, at the age of 6. The school opened her eyes to Western ideals. During this time, Kartini also took sewing lessons from another regent's wife, Mrs. Marie Ovink-Soer. Ovink-Soer imparted her feminist views to Kartini, and was therefore instrumental in planting the seed for Kartini's later Kartini reached adolescence, Javanese tradition dictated that she leave her Dutch school for the sheltered existence deemed appropriate to a young female to adapt to isolation, Kartini wrote letters to Ovink-Soer and her Dutch schoolmates, protesting the gender inequality of Javanese traditions such as forced marriages at a young age, which denied women the freedom to pursue an in her eagerness to escape her isolation, Kartini was quick to accept a marriage proposal arranged by her father. On November 8, 1903, she wed the regent of Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat. Joyodiningrat was 26 years older than Kartini, and already had three wives and 12 children. Kartini had recently been offered a scholarship to study abroad, and the marriage dashed her hopes of accepting it. According to Javanese tradition, at 24 she was too old to expect to marry on spreading her feminist message, with her new husband's approval, Kartini soon set about planning to start her own school for Javanese girls. With help from the Dutch government, in 1903 she opened the first Indonesian primary school for native girls that did not discriminate on the basis of their social status. The school was set up inside her father's home, and taught girls a progressive, Western-based curriculum. To Kartini, the ideal education for a young woman encouraged empowerment and enlightenment. She also promoted their lifelong pursuit of education. To that end, Kartini regularly corresponded with feminist Stella Zeehandelaar as well as numerous Dutch officials with the authority to further the cause of Javanese women's emancipation from oppressive laws and traditions. Her letters also expressed her Javanese nationalist and LegacyOn September 17, 1904, at the age of 25, Kartini died in the regency of Rembang, Java, of complications from giving birth to her first child. Seven years after her death, one of her correspondents, Jacques H. Abendanon, published a collection of Kartini's letters, entitled "From Darkness to Light Thoughts About and on Behalf of the Javanese People." In Indonesia, Kartini Day is still celebrated annually on Kartini's FACTSName Raden Adjeng KartiniBirth Year 1879Birth date April 21, 1879Birth City Mayong, JavaBirth Country IndonesiaGender FemaleBest Known For Raden Adjeng Kartini was a Javanese noblewoman best known as a pioneer in the area of women's rights for native and AcademiaWriting and PublishingAstrological Sign TaurusNacionalitiesIndonesian IndonesiaDeath Year 1904Death date September 17, 1904Death City Rembang RegencyDeath Country IndonesiaFact CheckWe strive for accuracy and you see something that doesn't look right,contact us!CITATION INFORMATIONArticle Title Raden Adjeng Kartini BiographyAuthor EditorsWebsite Name The websiteUrl Date Publisher A&E; Television NetworksLast Updated April 21, 2020Original Published Date April 2, 2014QUOTESI have been longing to make the acquaintance of a 'modern girl,' that proud, independent girl who has all my sympathy! She who, happy and self-reliant, lightly and alertly steps her way through life, full of enthusiasm and warm feelings; working not only for her own well-being and happiness, but for the greater good of humanity as a whole. Kartiniyang memiliki nama panjang Raden Adjeng Kartini ini ialah anak perempuan dari seorang patih yang kemudian diangkat menjadi bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Jawa Barat, Indonesia Peta: Google Maps. Informasi & Help Desk. Senin-Kamis, WIB Jumat, 08.00-16.30 WIB Tel - (0251) 82147 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID aPr-3xnwcv1De3pmf63ZcaWYvJO5lIGvf-zY0WwihVGSz5lD1q_PrQ==Raden Ajeng Kartini. Raden Ajeng (R.A.) Kartini adalah pejuang emansipasi wanita yang hidup di jaman Hindia Belanda, jauh sebelum Indonesia merdeka. cerita tentang R.A Kartini tidak hanya menjadi catatan sejarah di buku pelajaran sekolah. "Jika orang hendak mengajarkan agama juga kepada orang Jawa ajarlah ia mengenal Tuhan yang EsaDaripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. “Kartini” dilencongkan di sini. Raden Adjeng Kartiniꦏꦂꦠꦶꦤꦶ Potret Kartini s. 1890-an koleksi Tropenmuseum Kelahiran 1879-04-2121 Apr 1879 Jepara, Jawa Tengah, Hindia Timur Belanda Meninggal dunia 17 September 19041904-09-17 umur 25 Rembang, Jawa Tengah, Hindia Timur Belanda kini Indonesia Nama lain Raden Adjeng Kartini Terkenal kerana Pembebasan wanita; heroin negara Pasangan Raden Adipati Joyodiningrat Raden Adjeng Kartini bahasa Jawa ꦏꦂꦠꦶꦤꦶ, ejaan baruRaden Ajeng Kartini Raden Ayu Kartini , gelar setelah menikah Raden Ayu Kartini; 21 Apr 1879 – thirteen September 1904 adalah seorang penulis dan pendidik bangsa Jawa. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan peribumi Jawa berdasarkan pengalaman adat yang menimbulkan perpecahan dan kesengsaraan di antara anggota keluarga sendiri. Pemikiran dipandang selari dengan gagasan penguatan jatidiri wanita yang meningkatkan kedudukan kaum tersebut di Indonesia zaman jajahan lalu juga dianggap tokoh nasionalis; beliau diberikan pengiktirafan sebagai seorang Pahlawan Nasional Indonesia atas pemahaman ini. Biografi [sunting sunting sumber] Awal hayat [sunting sunting sumber] Kartini dilahirkan dalam keluarga kelas priyayi[1] Jawa Jepara ketika pulau Jawa merupakan sebahagian dari jajahan Hindia Belanda. Ayah beliau, Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara sementara ibunya, Ngasirah adalah anak perempuan Madirono dan guru agama di Telukawur;[1] dia adalah isteri pertamanya tetapi bukan yang paling penting. Pada masa ini, poligami adalah amalan biasa di kalangan bangsawan Jawa. Keturunan Ario dapat ditelusuri dari seawal zaman Hamengkubuwono VI dari kalangan bangsawan Majapahit.[one] Peraturan-peraturan kolonial memerlukan seorang ketua kabupaten untuk berkahwin dengan seorang bangsawan. Sejak Ngasirah bukan bangsawan yang cukup tinggi,[2] bapanya berkahwin kali kedua kalinya untuk Woerjan Moerjam, keturunan langsung Raja Madura. Selepas pernikahan kedua ini, ayah Kartini dinaikkan pangkat ke Ketua Kabupaten Jepara, menggantikan ayahnya yang kedua, Tjitrowikromo. Kartini merupakan anak kelima dan anak sulung kedua dalam keluarga seramai sebelas orang, termasuk adik beradik tiri. Beliau dilahirkan dalam sebuah keluarga yang mempunyai tradisi intelektual yang kuat. Saudara lelaki sulungnya, Pangeran Ario Tjondronegoro Four, menjadi Ketua Kabupaten pada usia 25 tahun sementara kakak Kartini, Sosrokartono adalah seorang ahli bahasa yang sempurna. Keluarga Kartini membenarkannya menghadiri sekolah sehingga beliau berumur 12 tahun. Di sini, di kalangan mata pelajaran lain, beliau belajar berbahasa Belanda, suatu pencapaian luar biasa untuk wanita Jawa pada masa itu.[3] Akil baligh dan pendidikan lanjut [sunting sunting sumber] Selepas menjangkaui usia 12 tahun beliau menjalani adat berkurung dalam rumah atau pingit yang biasa diamalkan dalam kalangan bangsawan Jawa, untuk menyediakan gadis muda untuk perkahwinan mereka. Semasa pengasingan gadis tidak dibenarkan meninggalkan rumah ibu bapa mereka sehingga mereka berkahwin, di mana pihak berkuasa atas mereka telah dipindahkan ke suami mereka. Ayah Kartini lebih lembut daripada beberapa orang semasa pengasingan anak perempuannya, memberikan keistimewaan seperti pelajaran sulaman dan penampilan kadang-kadang di khalayak ramai untuk acara-acara khas. Surat oleh Kartini kepada Rosa Abendanon fragmen Semasa pengasingannya, Kartini terus mendidik diri sendiri. Kerana beliau boleh berbahasa Belanda, beliau mendapat beberapa rakan pena Belanda. Salah seorang daripada mereka, seorang gadis bernama Rosa Abendanon, menjadi kawan rapat. Buku-buku, akhbar-akhbar dan majalah-majalah Eropah memberi perhatian kepada minat Kartini terhadap pemikiran feminis Eropah, dan memupuk keinginan untuk memperbaiki keadaan kaum wanita Indonesia yang pada masa itu mempunyai status sosial yang sangat rendah. Bacaan Kartini termasuk akhbar Semarang De Locomotief, disunting oleh Pieter Brooshooft, serta leestrommel, satu majalah yang dijual oleh kedai buku kepada para pelanggan. Beliau juga membaca majalah kebudayaan dan sains serta majalah wanita Belanda, De Hollandsche Lelie, yang mana beliau mula menghantar sumbangan yang diterbitkan. Sebelum berusia 20 tahun, Kartini telah membaca Max Havelaar dan Surat Cinta oleh Multatuli. Beliau juga membaca De Stille Kracht Kuasa Tersembunyi oleh Louis Couperus, karya Frederik van Eeden, Augusta de Witt, pengarang Romantik-Feminis Goekoop de-Jong Van Eek dan novel anti-perang oleh Berta von Suttner, Die Waffen Nieder! Turunkan Tanganmu!. Semuanya berada di Belanda. Kebimbangan Kartini bukan hanya di bidang pembebasan wanita, tetapi juga masalah lain dalam masyarakatnya. Kartini melihat bahawa perjuangan wanita untuk mendapatkan kebebasan, autonomi dan persamaan undang-undang adalah sebahagian daripada pergerakan yang lebih luas. Alam dewasa [sunting sunting sumber] Ibu bapa Kartini mengatur perkahwinannya dengan Joyodiningrat, Ketua Kabupaten Rembang, yang sudah memiliki tiga isteri. Beliau telah berkahwin pada 12 November 1903. Ini bertentangan dengan hasrat Kartini, tetapi beliau bersetuju untuk menjaga bapanya yang sakit. Suaminya memahami tujuan Kartini dan membiarkannya menubuhkan sebuah sekolah bagi wanita di serambi timur kompleks Pejabat Kabupaten Rembang. Anak tunggal Kartini dilahirkan pada xiii September 1904. Beberapa hari kemudian pada 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Beliau disemadikan di Desa Bulu, Rembang. Penulisan [sunting sunting sumber] Selepas Raden Adjeng Kartini meninggal dunia, Mr J. H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama dan Industri di Hindia Timur, mengumpul dan menerbitkan huruf yang dihantar oleh Kartini kepada rakan-rakannya di Eropah. Buku itu bertajuk Door Duisternis tot Licht Daripada Gelap Datangnya Cahaya dan telah diterbitkan pada tahun 1911. Ia telah melalui lima edisi, dengan beberapa huruf tambahan yang termasuk dalam edisi terakhir, dan telah diterjemahkan ke bahasa Inggeris oleh Agnes L. Symmers dan disiarkan di bawah gelaran Surat Puteri Jawa. Penerbitan surat Kartini, yang ditulis oleh seorang wanita asli Jawa, menarik minat yang besar di Belanda dan idea Kartini mula mengubah cara Belanda melihat wanita asli di Jawa. Idea-idea beliau juga mencetuskan inspirasi untuk tokoh-tokoh dalam perjuangan kemerdekaan. Terdapat beberapa alasan untuk meragui kebenaran surat Kartini. Terdapat dakwaan bahawa Abendanon membuat surat Kartini. Syak wasangka timbul kerana buku Kartini telah diterbitkan pada ketika Kerajaan Kolonial Belanda telah melaksanakan Dasar Etika Belanda di Hindia Belanda, dan Abendanon adalah salah seorang penyokong yang paling terkenal dari dasar ini. Di mana beradanya semasa majoriti surat Kartini tidak diketahui. Menurut Allahyarham Sulastin Sutrisno, Kerajaan Belanda telah tidak dapat mengesan keturunan J. H. Abendanon ini. Pemikiran [sunting sunting sumber] Keadaan wanita Republic of indonesia [sunting sunting sumber] Dalam suratnya, Raden Adjeng Kartini menulis tentang pandangan beliau mengenai keadaan sosial yang wujud pada masa itu, terutamanya keadaan wanita asli Indonesia. Kebanyakan suratnya membantah kecenderungan budaya Jawa untuk mengenakan halangan kepada pembangunan wanita. Beliau mahu wanita mempunyai kebebasan untuk belajar dan belajar. Kartini menulis thought dan cita-cita beliau, termasuk Zelf-ontwikkeling, Zelf-onderricht, Zelf-Vertrouwen, Zelf-werkzaamheid dan Solidariteit. Semua idea ini berdasarkan Religieusiteit, Wijsheid en nenzio, iaitu, kepercayaan kepada Tuhan, kebijaksanaan, dan kecantikan, bersama-sama dengan Humanitarianisme kemanusiaan dan Nationalisme nasionalisme. Surat Kartini juga menyatakan beliau berharap sokongan dari luar negara. Dalam surat-menyurat beliau dengan Estell “Stella” Zeehandelaar, Kartini menyatakan hasrat beliau untuk menjadi seperti belia Eropah. Beliau menggambarkan penderitaan wanita Jawa terbelenggu oleh tradisi, tidak dapat belajar, terpencil, dan yang perlu bersedia untuk mengambil bahagian dalam perkahwinan poligami dengan lelaki yang mereka tidak kenal. Gaya vegetarian [sunting sunting sumber] Ia dikenali dari suratnya bertarikh Oktober 1902 untuk Abendanon dan suaminya yang pada usia 23 tahun, Raden Adjeng Kartini mempunyai fikiran untuk menjalani kehidupan vegetarian. “Ia untuk beberapa ketika bahawa kita berfikir untuk melakukannya untuk menjadi vegetarian, saya telah pun memakan hanya sayur-sayuran untuk tahun sekarang, tetapi saya masih tidak mempunyai keberanian moral yang cukup untuk menjalankan. Saya masih terlalu muda.” Kartini menulis. Beliau juga menekankan hubungan antara jenis gaya hidup dengan pemikiran agam, dipetik sebagai berkata, “Hidup di dunia sebagai vegetarian adalah doa tanpa kata kepada Yang Maha Kuasa.” Kartini [sunting sunting sumber] Kartini menyayangi bapanya secara mendalam, walaupun ia jelas bahawa kasih sayang yang mendalam untuknya menjadi halangan lain untuk merealisasikan cita-cita beliau. Beliau cukup progresif membolehkan anak-anak perempuannya bersekolah sehingga umur 12 tahun, tetapi pada ketika itu menutup rapat pintu untuk melanjutkan persekolahan. Dalam surat-suratnya, bapanya juga melahirkan kasih sayangnya kepada Kartini. Akhirnya, dia memberi kebenaran untuk beliau untuk belajar untuk menjadi seorang guru di Batavia kini Jakarta, walaupun sebelum ini dia telah menghalang beliau dari bekerja dengan rakan sebaya bagi pihak beliau untuk menyokong Kartini dalam usaha ini. Ramai rakan-rakan beliau melahirkan rasa kecewa mereka apabila cita-cita Kartini akhirnya digagalkan. Akhirnya, rancangan beliau untuk belajar di Jepun telah berubah menjadi rancangan untuk perjalanan ke Tokyo, atas nasihat Puan Abendanon bahawa ini akan menjadi yang terbaik untuk Kartini dan adiknya, R. Ayu Rukmini. Walau bagaimanapun, pada 1903 ketika berusia 24 tahun, rancangan beliau untuk belajar untuk menjadi seorang guru di Tokyo datang dengan tangan kosong. Dalam surat kepada Puan Abendanon, Kartini menulis bahawa rancangan itu telah ditinggalkan kerana beliau akan berkahwin… “Pendek kata, saya ada keinginan lagi untuk mengambil kesempatan daripada peluang ini, kerana saya akan berkahwin”. Walaupun pada hakikatnya bagi pihaknya, Jabatan Pelajaran Belanda akhirnya telah diberikan kebenaran untuk Kartini dan Rukmini untuk belajar di Batavia. Ketika perkahwinan semakin hampir, sikap Kartini terhadap adat tradisi Jawa mula berubah. Beliau lebih bertolak ansur dan mula berasa bahawa perkahwinan itu akan membawa nasib yang baik untuk cita-cita beliau untuk membangunkan sebuah sekolah untuk wanita asli. Dalam surat-suratnya, beliau menyebut bahawa bukan sahaja suaminya yang dihormati menyokong hasrat beliau untuk membangunkan industri ukiran kayu di Jepara dan sekolah untuk wanita asli, tetapi juga menyebut bahawa beliau akan menulis buku. Malangnya, cita-cita ini tidak dapat direalisasikan akibat kematian awal beliau pada tahun 1904 pada usia hanya 25 tahun. Legasi [sunting sunting sumber] Patung arca Kartini di taman timur Dataran Merdeka, Jakarta. Sekolah Kartini dinamakan sempena beliau dibuka di Bogor, Dki jakarta, dan Malang. Masyarakat yang dinamakan untuknya juga telah ditubuhkan di Belanda[4] Diilhamkan oleh contoh Kartini, keluarga Van Deventer menubuhkan Yayasan Kartini yang membina sekolah untuk perempuan, Sekolah Kartini’ di Semarang pada tahun 1912, diikuti oleh sekolah wanita lain di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Pengisytiharan Hari Kartini pada 1953 Pada tahun 1964, Presiden Sukarno mengisytiharkan tarikh kelahiran Kartini, 21 Apr, sebagai Hari Kartini’ – cuti kebangsaan Indonesia. Keputusan ini telah dikritik. Adalah dicadangkan agar Hari Kartini disambut sempena Hari Ibu Indonesia, pada 22 Disember supaya pemilihan Kartini sebagai heroin kebangsaan tidak akan mengalahkan wanita lain yang, tidak seperti Kartini, mengambil senjata untuk menentang penjajah. Hari Kartini [sunting sunting sumber] Negeri Orde Lama Sukarno mengisytiharkan 21 April sebagai Hari Kartini mengingatkan wanita bahawa mereka perlu mengambil bahagian dalam “wacana negeri hegemoni Pembangunan”[5] Selepas tahun 1965, bagaimanapun, Negeri Perintah Lama Suharto mengtur semula imej Kartini dari yang pemerdeka wanita radikal ini kepada yang digambarkan sebagai isteri berbakti dan anak perempuan taat, “kerana hanya seorang wanita yang memakai kebaya yang boleh memasak.”[six] Pada kesempatan itu, yang lebih dikenali sebagai Hari Ibu Kartini, “kanak-kanak perempuan amemakai ketat, jaket cergas, baju batik, gaya rambut yang rumit, dan barang kemas hiasan ke sekolah, kononnya meniru pakaian Kartini tetapi pada hakikatnya memakai mencipta dan ensembel lebih mengecutkan daripada beliau lakukan.”[7] “Ibu Kita Kartini” oleh Supratman Lihat juga [sunting sunting sumber] Gerakan Wanita Indonesia GERWANI Rujukan [sunting sunting sumber] ^ a b c On feminism and nationalism Kartini’s letters to Stella Zeehandelaar 1899-1903. Monash University Press. 2005. m/s. ii. ISBN1876924357. ^ Harvard Asia Quarterly ^ “RA. Kartini”. Guratan Pena. April 27, 2006. Dicapai pada 2013-03-17 . ^ Ideology and Revolution in Southeast Asia 1900-75 by Clive J Christie, Clive J. Christie ^ Bulbeck, Chilla 2009. Sexual practice, honey and feminism in the Asia Pacific a cross-cultural written report of immature people’s attitudes. ASAA women in Asia. London New York Routledge. ISBN9780415470063. Preview. ^ Yulianto, Vissia Ita 21 April 2010. “Is celebrating Kartini’s Mean solar day still relevant today?”. The Jakarta Mail service . Dicapai pada xv March 2013. ^ Ramusack, Barbara N. 2005. “Women and Gender in South and Southeast Asia”. Dalam Bonnie K. Smith penyunting. Women’s History in Global Perspective. University of Illinois Press. m/south. 101–138 [129]. ISBN978-0-252-02997-4 . Dicapai pada 15 March 2013. Bibliografi [sunting sunting sumber] Raden Adj. Kartini 1912, Door duisternis tot licht, with a foreword by Abendanon, The Hague Van Zeggelen 1945, “Kartini”, Meulenhoff, Amsterdam in Dutch Raden Adjeng Kartini 1920, Letters of a Javanese princess, translated by Agnes Louise Symmers with a foreword by Louis Couperus, New York Alfred A. Knopf, ISBN 0-8191-4758-3 1986 edition, ISBN 1-4179-5105-2 2005 edition One 1942, “Raden Adjeng Kartini”, Oceanus, Den Haag in Dutch Jaquet crimson., Kartini 2000; Surat-surat kepada Ny. Abendanon-Mandri dan suaminya. 3rd edition. Djakarta Djambatan, xxii + 603 pp. Elisabeth Keesing 1999, Betapa besar pun sebuah sangkar; Hidup, suratan dan karya Kartini. Dki jakarta Djambatan, v + 241 pp. J. Anten 2004, Honderdvijfentwintig jaar Raden Adjeng Kartini; Een Indonesische nationale heldin in beeld, Nieuwsbrief Nederlands Fotogenootschap 43 6-9. Pautan luar [sunting sunting sumber] Karya-karya oleh Kartini di Projek Gutenberg Karya oleh atau tentang Kartini di Cyberspace Archive “The Kartini-archive inventory at the Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde KITLV / Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies, Leiden, The Netherlands” PDF. Diarkibkan daripada yang asal PDF pada 2011-08-xiv. Dicapai pada 2017-06-05 . .