DASAR PEMIKIRANPara santri dan santriawati adalah cerminan dan kelompok yang bertakhasus dalam mempelajari ilmu syar’i agar bisa menjadi penyeru bagi kaumnya, yakni masyarakatnya, sebagaimana disinyalir Allah SWT dalam Al-Qur’an“Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi ke medan perang mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan, di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri.” QS. At-Taubah 122Pesantren adalah Lembaga Pendidikan Islam yang memiliki peran yang sangat strategis dalam prospek pengembangan indipidu yang berkualitas inletektual, emosional dan spiritual. Allah berfirman“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya Tuhan kami, tiadahlah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” QS. Ali Imran 190-291Santri adalah manusia yang terbaik dalam ummat Rasulullah SAW, sebagaimana diisyaratkan dalam sebuah hadits“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”PENGERTIANPesantren adalah Lembaga Pendidikan Islam yang bercirikan adanya Kyai, pondokan dan santri yang mukim. Secara umum pesantren dibagi menjadi dua bagian yaituPesantren tradisional kuno adalah pesantren yang berbasis pada islam tradisional, sehinggal sifat tradisionalnya begitu jelas terbaca pada kultur, sistem, kepemimpinan, nilai, kurikulum dan metode Modern adalah pesantren yang muncul sebagai kritik terhadap pesantren tradisional, dampak pembaharuan di indonesia dan sekaligus upaya responsif terhadap perkembangan melihat dan menelaah kedua model pesantren tersebut, maka Pesantren Darul Hikmah Bekasi adalah bentuk pesantren modern yang memadukan beberapa ciri pesantren tradisional. Beberapa kriteria berikut yang kami padukan dari pesantren modern dan tradisionalMemberi kebebasan kepada para santrinya untuk bermazhab apa saja selama tidak sesat, dengan didasari dalil yang lebih kuat dalam mengambil pelatihan organisasi, managemen dan pengembangan pembaharuan, perubahan, tidak jumud, tidak figuritas dengan kultur pendidikan klasikal, kenaikan kelas, jenjang pendidikan yang jelas dan ijazah pesantren sebagai tuntunan para santri yang ingin mendapat pengakuan formal dari diajarkannya dengan menggunakan pelajaran bahasa asing, selain bahasa ciri pesantren kuno seperti keharusan memakai sarung, peci dalam shalat terutama maghrib, isya dan shubuh, membaca kitab sorogan di depan kyai atau Mencetak generasi yang Faqih dan Qur’aniMISI– Melaksanakan pembelajaran yang islami bagi guru dan santri dengan kurikulum yang terpadu.– Menjadikan santri para penghafal seluruh atau sebagian al-Qur’an.– Mengembangkan potensi para santri/santriawati berdasarkan Emosional, Intelektual, spritual dan Fisikal.– Meningkatkan kemampuan santri/santriawati dalam berbahasa Arab dan dan SasaranPesantren memiliki tujuan yang secara esensial, adalah tujuan pendidikan islam itu sendiri, yaitu mewujudkan manusia yang mampu merealisasikan ubudiyah kepada Allah dalam kehidupan pribadi dan msyarakat serta agar menjadi manusia yang mampu menjalankan fungsi dan oerannya sebagai khalifah di muka pendidikan di pesantren tersebut dapat diperinci dalam sasaran umum dan khusus. Secara umum tujuan pendidikan di pesantren adalahPembentukan kepribadian dai yang handalAdapun tujuan khususnya adalah membentuk santri yang memiliki karakteristik sebagai berikutBersih aqidahnya Salimul aqidahShahih ibadahnya shahihul ibadahKokoh kepribadian/akhlaknya matinul khuluqKuat fisiknya qawiyul jismTajam/terdidik pemikirannya mutsaqqoful fikrEfisien mengatur waktunya haris ala waqtihMampu berusaha dan mandiri qadir alal kasbBermanfaat bagi sesama nafi’ li ghairihProfesional dalam segala urusan munadzomun fi Syu’unihBersungguh-sungguh dalam segala urusan mujahidun Li NafsihiDengan sasaran seperti yang tercantum di atas, diharapkan setelah menyelesaikan tugas belajarnya di pesantren, santri memiliki sifat Tafaqohu fiddin yakni memiliki pemahaman aqidah yang benar yang menyeluruh sehingga mampu menjadi lambang kekuatan dan mampu mereformasi diri dan lingkungannya melalui gerakan dakwah yang terorganisasi menuju kepembaharuan islam yang memiliki target sebagai berikutMembentuk kepemimpinan opini publik yang iklim yang kondusif di dunia islam untuk eksistensi dan sasaran pendidikan pesantren tersebut dapat direalisasikan sesuai dengan orientasi pendidikan di pesantren. Pesantren adalah lembaga strategis bagi kaderisasi SDM. Dengan kata lain merupakan suatu lembaga untuk mewujudkan manusia yang shalih menurut pandangan islam dengan dua bentuk spesialisasi ulama dalam bidang syariat dan ulama dalam bidang ilmu PesantrenKurikulum yang diterapkan di kepesantren-an YAPIDH adalah kurikulum pelajaran-pelajaran ilmu-ilmu syar’i yang mengacu kepada buku-buku salaf yang berbahasa Arab yaitu sebagaimana yang diberlakukan di Pondok Pesantren Darul Hikmah FORMAL1 Fiqih Buku pelajaran formal di Arab Saudi2 Hadits Buku pelajaran formal di Arab Saudi3 Tafsir Buku pelajaran formal di Arab Saudi4 Nahwu an-Nahwul Wadhih5 Shorof amtsilah Tashrifiyyah6 Bahasa Arab al-Arobiiyah lin Nasyiin7 Imla’ dan Khoth8 Ulumul Qur’an9 Siroh Nabawiyyah Fiqih Siroh karya ramadhan al-Buthi10 Tarikh Sahabat dan Khulafa’ Buku terbitan Yapidh11 Ushul Fiqih Buku ushul fiqih karya Utsaimin12 Balaghah al balaghah al wadhihah13 Ulumul Hadits taysir Mushtolah Hadits NON FORMAL1 Safinatun Najah Fiqih2 Taqrib Fiqih3 Kifayatul Akhyar Fiqih4 Fiqih Nisa Fiqih5 Ta’limul Muta’allim6 Minhajul Muslim7 Syarah Arbain NawawiSelaian mata pelajaran yang sifatnya formal, para siswa masih mendapat pelajaran yang sifatnya ekstrakurikuler, seperti Mentoring, Komputer, Kepanduan, Beladiri, Bimbingan Belajar, Khitobah, Nasyid, Drama, kaligrafi dan Lingkup KegiatanSemua pesantren pasti memiliki ruang lingkup kegiatan atau dalam kata lain disebut “kegiatan sehari-hari”. Begitu juga dengan pondok Pesantren Darul Hikmah Bekasi yang memiliki kegiatan yang relatif padat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian bawahJadwal kegiatan – Bangun Shalat – Shalat Subuh dan Tahfidz Qur’ – Pemberian Mufrodat atau – Istirahat, Olah Raga, Sarapan dan – Proses KBM di – Shalat Dzuhur dan Makan – Proses KBM di – Shalat Ashar dan – Mandi dan Makan – Shalat Maghrib dan Tahfidz Qur’ – Shalat Isya dan Kajian Kitab – Belajar Mandiri Murajaah – Persiapan – Istirahat Panjang 6. Kondisi Asrama– Asrama di pesantren menggunakan sistem hidup bersama dalam satu ruangan– Menggunakan ranjang bertingkat, untuk dua orang.– Tiap kamar berisi antara 14 sd 20 orang dengan ukuran ruangan 6 x 7 m– Tiap kamar akan dibimbing oleh wali ghurfah7. Pengurus PesantrenMudir Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, Pesantren Dan Dakwah Sosial Maftuh Asmuni, Santri Ikhwan Umar Ahzami, Lc. Wali santri Akhwat Dadah Kholidah,
Pondokpesantren ilmu hikmah dijawa 2016201/ KH Ma'ruf Amin, Rais Aam Baru PBNU. January 19, 2016 TOKOH, ULAMA. KH Ma'ruf Amin menjadi salah satu anggota ahlul halli wal aqdi (Ahwa) pada Muktamar Ke-33 NU yang kemudian ditetapkan menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Rais Aam merupakan pimpinan tertinggi organisasi Islam Pesantren merupakan warisan penyangga penting tradisi muslim Jawa yang sampai hari ini masih terus eksis dan berkembang, meskipun di sana sini terdapat pesantren yang awalnya dikenal besar dan mati, tetapi juga ada pesantren baru yang dibuat. Pesantren di kalangan Islam Jawa ini banyak menyumbangkan kader santri dan masyarakat yang memengaruhi terhadap kondisi kultural bangsa Indonesia. Kontribusi itu berhubungan dengan nilai-nilai, pola pemahaman, dan keilmuan turats yang dikembangkan pesantren, yang kemudian meresap dan menjadi pendorong dalam sikap dan mewujud dalam perilaku di tengah-tengah masyarakat; pada saat yang sama tetap melestarikan tradisi Jawa; dan menjadi pelestarian komunikasi dengan bahasa Jawa. Satu hal penting yang dilihat dalam tulisan ini adalah dimensi ijazahan amalan wirid-ilmu hikmah di pesantren, sebagai khazanah pesantren yang jarang dilihat. KBBI tidak memiliki definisi dari kata ilmu hikmah ini, meskipun mendefnisikan kata ilmu “pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala di bidang pengetahuan; pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin dan sebagiannya.” Rangkaian dari kata ilmu ini, berjumlah tidak kurang dari 129 kata, misalnya ilmu administrasi, ilmu batin, ilmu tauhid, dan lain-lain, tetapi tidak ada yang digandeng dengan kata hikmah. 10 Kettlebell Exercises For Everyone Fitness MyFitnessPal where to buy anabolic steroids online fitness-2 Ilmu hikmah adalah ilmu yang diperoleh dari menjalankan berbagai amalan wirid-wirid dan riyadhoh, dengan menjadikan Alloh sebagai sandaran, sehingga mampu merasakan efek-efek dari amalan-amalan itu, dan merasakan ada khowash-khowash di dalamnya melalui marifat batin. Karena level marifat batin berbeda-beda dan bertingkat-tingkat, penguasaan terhadap ilmu hikmah berbeda sesuai dengan tingkat pencapaian yang diperoleh sang pengamal dan anugerah yang diberikan Alloh; yang perwujudannya bisa berupa pengobatan, ahli ilmu-ilmu syariat, ahli penumbalan, ahli menggerakkan masyarakat, dan sejenisnya. Tradisi ilmu ilmu amalan hikmah-tarekat di tengah kalangan pesantren di Jawa, dilihat dari sudut apa saja amalan-amalan ijazahan wirid-ilmu hikmah dan tarekat, dan dimana sumber-sumber pengambilan ijazahnya; kitab-kitab apa saja yang dirujuk di kalangan pesantren dalam soal ilmu hikmah; mengapa pengamalan ijazahan amalan wirid-ilmu hikmah dan tarekat ini diperlukan seorang guru di pesantren; dan apa makna pentingnya ijazahan amalan wirid-ilmu hikmah dan tarekat bagi pesantren dan masyarakat pada zaman sekarang? Ijazahan Amalan Wirid-Ilmu Hikmah dan Tarekat di Pesantren Amalan-amalan wirid yang dijalankan di pesantren, berbeda-beda di antara mereka, sejalan dengan perbedaan jenis amalan yang dimiliki oleh kyai yang mengasuhnya, atau amalan pendiri pesantren yang terus menerus disambungkan, dalam tiga bentuk 1 amalan yang dikhususkan untuk pribadi santri dan masyarakat, diminta ijazah amalan atau karena diberi langsung oleh sang kyai; 2 amalan wirid kolektif santri-santri di hari-hari tertentu yang dijalankan secara langgeng; dan 3 amalan kolektif masyarakat sebagai perluasan dari jangkauan pengaruh kyai di luar pesantren, di tengah masyarakat di luar pesantren. Amalan Khusus untuk Murid Amalan seperti ini adalah untuk pribadi seseorang peminta amalan, yang amalan ini dimiliki seorang kyai dan telah menjadi wirid di dalam kehidupannya. Amalan jenis ini, ditentukan jumlah bilangan yang harus diwiridkan, waktu bacaan apakah setiap shalat maktubah, setiap hari sekali, dan lain-lain, jenis bacaan, dibaca dan cara mewiridkannya. Amalan ini diberikan lewat dua cara 1 kyai diminta oleh santri-murid tertentu atau masyarakat tertentu, kemudian kyai memberikan amalan wirid disesuaikan dengan tingkatan orang yang meminta dan jenis kebutuhannya, termasuk dosisnya; 2 kyai memberikan kepada orang tertentu yang dipilihnya, atau diberikan kepada mereka yang dianggap penting dari orang-orang yang dekat dengannya untuk meneruskan dan menjaga wirid yang telah diamalkannya. Sebagai contoh, KH. Achmad Shidiq memiliki amalan mewiridkan surat al-Fatihah selama 100 x dalam sehari, yang diteruskan oleh anak cucu dan murid-muridnya. Sebagian masyarakat memperoleh ijazah amalan ini dari jalur keturunan KH. Achmad Shidiq. Amalan ini, ihda fatihah-nya kepada Kanjeng Nabi Muhammad, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali, dan al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad; lalu ditambah beberapa guru, yaitu KH. Abdul Hamid Kajoran, KH. Mundzir Mangunsari, dan KH. Dalhar Watucongol, dan Mbah Abdul Hamid Pasuruan; setelah itu Gus Miek KH. Hamim Thohari Jazuli, KH. Achmad Shidiq, shohibul ijazah, dan kepada keluarga pengamal, dan kaum muslimin. Bagi sang pengamal, lebih diutamakan sebelum mengamalkan, harus menjalani wirid Dzikrul Ghafilin selama 40 hari. Jenis lain dari ijazahan amalan seperti ini, contohnya seorang pengasuh pesantren mendawamkan melanggengkan wirid laqad ja’akum rasulun min anfusikum sampai akhir ayat, setelah selesai shalat maghrib selama 7 x setiap hari. Amalan wirid ini, dilakukan KH. Abdul Wahab Hasbulloh, yang diijazahkan kepada salah seorang anaknya, dan kemudian ada yang meminta ijazah untuk diwiridkan setiap hari. Ada juga seorang kyai pesantren yang mendawamkan wirid tarekat, dan dia memberikan amalan tarekat itu, untuk beberapa muridnya dan masyarakat yang meminta baiat kepadanya. Pesantren-pesantren lain, dan kyai-kyai lain juga memiliki amalan-amalan yang diwiridkan, yang bermakna dilanggengkan setiap hari, waktu tertentu, dengan jumlah bilangan tertentu. Amalan-amalan yang dilakukan kyai dan diijazahkan itu, dibedakan menjadi dua Pertama, amalan wirid ijazahan tarekat, dan kedua, amalan-amalan ijazahan non-tarekat. Pengertian tarekat di sini adalah wirid yang dilakukan di kalangan ordo sufi, diajarkan oleh guru mursyid, sesuai dengan tradisi di dalam tarekatnya. Tarekat Syathariyah, dalam sebagian sanad yang saya kenal, misalnya memudawamahkan wirid kalimah tahlil la ilaha illallah sampai pada kalimah Hu HUWA, dengan jumlah 100 x setelah ba’dha shalat isya dan shubuh. Di luar itu, setiap pengamalnya harus bisa meningkatkan pelanggengan dzikir dengan meningkatkan dosis sampai x, dan begitu terus menerus diulang-ulang ketika mencapai angka pengamalan dzikir tahlil x itu. Amalan-amalan wirid yang diijazahkan itu, biasanya diberikan setelah sang guru ditemui oleh pemohon ijazahan, dengan mengemukakan maksud dan persoalan-persoalan yang dihadapinya ada yang mengeluh keluarganya terus menerus mengalami sakit yang beruntun; ada yang terkena ilmu-ilmu ghaib atau gangguan jin; ada yang karena menanggung hutang begitu banyak; ada yang ingin pergi merantau dalam waktu yang panjang; dan lain-lain maksud. Jenis amalan yang diberikan sang kyai kepada pemohon, berbeda-beda sesuai dengan tingkatan dan maksud yang meminta; dan juga tergantung amalan wirid yang dimiliki seorang kyai. Amalan Kolektif di Pesantren Amalan ini untuk umum-kolektif yang harus dijalankan khusus di pesantren sebagai bagian dari wirid yang dijalankan oleh para santri. Guru atau pengasuh pesantren biasanya memperoleh amalan ini dari gurunya, lalu diteruskan di pesantrennya. Di antara jenis ini, sebagian pesantren mengamalkan wirid Ratib al-Haddad dan beberapa ratib lain. Penulis menemukan berbagai koleksi dan jenis wirid ini dilakukan di berbagai pesantren, hampir merata dari Jawa Timur sampai Banten, tetapi tentu saja tidak untuk seluruh pesantren. Meski Ratib al-Haddad ini disusun oleh al-Habib Abdullloh bin Alwi al-Haddad sebagai bagian dari wirid di kalangan tarekat Alawiyah dengan baiat dan ditambah wirid-wirid lain, tetapi untuk keperluan wirid, yang telah dipraktikkan tidak mesti berhubungan dengan pembaitan tarekat Alawiyah, tetapi cukup ijazahan yang diberikan guru, dan tidak ditambah dengan wirid-wirid lain yang ada di kalangan tarekat Alawiyah. Di antara jenis lain wirid ini, adalah sholawatan dan maulid, pembacaan burdah, pembacaan al-Barzanji, dan tahlil. Tradisi pembacaan sholawatan dan pembacaan Maulid Shimtuddurar sekarang berkembang pesat, bukan hanya di pesantren-pesantren di kalangan Islam Jawa, tetapi juga sampai ke belahan dunia Islam. Khazanah Maulid Shimtuddurar, yang pusat ijazahannya, di antaranya dari habib Anis di Solo, dan banyak kyai mengambil ijazahan dari Habib Anis ini. Menurut salah seorang pengasuh pesantren di Jawa Timur yang memiliki sanad dari Habib Anis yang ikut menyebarkan pembacaan Maulid Shimthuddurar ini, mengatakan kepada saya “Kitab ini disusun dengan dibimbing oleh Nabi Muhamamd Saw, untuk menyempurnakan tradisi yang sudah ada sebelumnya…” Maksud tradisi yang ada sebelumnya adalah pembacaan sholawat dan kitab maulid yang ada di kumpulan Maulid ad-Daiba`i dan Maulid Syarful Anam, yang telah beredar secara luas dan merata di kalangan masyarakat Islam Jawa. Saya pun bertanya, maksud penyempurnaan itu, dia menjawab “Dalam kumpulan Maulid ad-Daiba’i dan Maulud Syarful Anam, di kitab kumpulan itu juga terdapat syiir-syiir yang tidak dikenali lagi siapa pengarangnya, tentang pujian-pujian kepada Kanjeng Nabi Muhammad itu.” Dalam konteks ini, Maulid Shimtuddurar jelas pengarangnya, yaitu Habib Ali bin Muhammad al-Habsy. Ihda Fatihah dan keperluan memperoleh kerberkahan dari sang pengarang dan bersambungnya sanad, yang menurut ceritanya, penyusunanan kitab itu langsung dibimbing Kanjeng Nabi Muhammad, menjadikan kumpulan Maulid Simthuddurar lebih mantab dan meyakinkan bagi sang kyai untuk diamalkan sebagai wirid Maulid. Amalan Jama`i di Masyarakat Amalan di pesantren atau amalan dari kyai tertentu yang kemudian dikembangkan di majlis-majlis pengajian, majlis shalawatan, dan majlis dzikir, melampaui lokalitas di pesantren sang kyai. Hal ini bisa terjadi, karena fungsi kyai di pesantren sebagai pendidik, selalu tidak terlepas dari fungsi sebagai orang yang dipandang sebagai “guru” di masyarakat, dan karenanya tidak jarang sang kyai atau pengasuh pesantren diminta untuk mengisi pengajian, majlis taklim, dan majlis dzikir; dan fungsi ta’lim di masyarakat sebagai bagian dari pengabdian seorang kyai untuk menyempurnakan kehidupan tauhidnya. Dari jenis ini, lalu lahir gerakan-gerakan majlis dzikir, seperti Dzikril Ghafilin, Dzikir Sholawat Wahidiyah, pengajian Ratib al-Haddad, manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Ratib al-Kubro, dan banyak lagi yang lain di tengah-tengah masyarakat umum. Amalan jama`i ini, biasanya mengambil hari-hari tertentu dalam sebulan sekali, atau selapanan sekali. Mereka yang mengamalkan dzikir jama`i ini, cukup sebulan sekali membacanya, atau setiap selapanan. Akan tetapi juga ada, di antara pengamal sebulan sekali ini di dalam jama`i, tetapi diamalkan setiap hari untuk amalan fardi. Seperti pengajian rutinan Ratib al-Haddad sebulan sekali, dan pada saat yang sama, oleh pengamal tertentu diamalkan untuk diri pribadi setiap hari berdasarkan ijazah dari seorang guru. Sebagian Pusat Mengambil Ijazah Beberapa Jenis Amalan Beberapa jenis amalan untuk pribadi murid atau masyarakat yang meminta, mencakup amalan-amalan yang berefek, untuk kelancaran rizki dan hidup istiqomah, pengobatan dan gangguan setan-jin, agar kuat berkiprah dimasyarakat dan disenangi keluarga-masyarakat, pertahanan diri dari serangan musuh, menghilangkan putus asa dan kebingungan, agar hajatnya terkabul, dan lain-lain, dengan disandarkan kepada Alloh. Di antara jenis-jenis wirid ini di antaranya ayat-ayat hifzhi, ayat-ayat syifa’, doa nur buat, wirid hasbunalloh wani’mal wakil, wirid surat al-Fatihah, amalan Yasin Fadhilah, amalan Sholawat Nariyah, wirid tahlil, wirid tarekat, wirid asmaul husna, hizib-hizib, ratib, dan lain-lain. Amalan 100 x Al-Fatihah Amalan wirid 100 x surat Al-Fatihah, di antara pusatnya sekarang ini dikembangkan oleh para penganut Dzikrul Ghafilin, peninggalan Gus Miek dan KH. Achmad Shidiq, sehingga ijazahnya mengambil dari dua syaikh ini. Amalan ini juga dikenal sebagai amalan yang diambil dari beberapa kyai ternama, yang kemudian disebut dalam ijazah wasilah surat al-Fatihah di kalangan Dzikrul Ghafilin, yaitu KH. Abdul Hamid Pasuruan, KH. Abdul Hamid Kajoran, KH. Dalhar Watucongol, dan KH. Mundzir Mangunsari. Dalam tradisi Dzikrul Ghafilin, wirid surat Al-Fatihah ini bisa dicicil setiap selesai sholat, dan disebutkan dalam buku kecil Dzikrul Ghafilin, wirid ini diamalkan oleh Imam al-Ghazali. Sebagian kyai juga mengamalkan dzikir ini, ada yang berjumlah 41 x, dan di antara yang mengamalkan ini, salah satu pusatnya di Geger Menjangan, Purworejo di kalangan keluarga penerus Mbah Imam Puro. Kyai-kyai di Jawa juga banyak mengamalkan witid surat Al-Fatihah ini, bahkan ada yang 500 x, dan juga 1000 x. Beberapa orang yang mimpi dengan Gus Dur, yang penulis temui, juga mengakui diminta mengamalkan wirid surat Al-Fatihah 100 x. Amalan Sholawat Nariyah Sholawat ini dikenal di seluruh dunia Islam, sebagai amalan wali bernama Imam Ibrahim at-Taji, dan sholawat ini disebut juag dalam kumpulan sholawat yang ditulis Imam Yusuf bin Ismail an-Nabhani berjudul Afdhalus Sholawat `ala Sayyidis Sadat. Di kalangan muslim Jawa, banyak kyai Jawa mengamalkan amalan ini. Nahdlatul Ulama pada masa kepemimpinan KH. Said Aqil Siradj bahkan pernah menyerukan gerakan 1 milyar membaca sholawat Nariyah. Pengamalan dilakukan sehari semalam dalam jumlah 4444 kali, dan setelah itu dibaca setiap hari atau setelah selesai sholat sesuai pengijazah amalan ini, bisa 7 x atau 15 x. Salah satu pusat yang dijadikan sanad ijazah ini adalah Mbah Ma’shum Lasem, salah seorang pendiri NU dan kyai yang sangat dihormati, ayah dari KH. Ali Maksum. Di Banyuwangi, salah satu kyai yang mengamalkan ini adalah KH. Mawardhi Secawan Srono. Di tanah Jawa paling Barat, di Banten, pusat pengijazahnya di antaranya KH. Muhtadi Dimyati, putra dari ulama Banten terkenal, KH. Dimyati Banten; dan juga KH. Thobari Sadzili, salah satu dari cucu Syaikh Nawawi al-Bantani. Di beberapa tempat juga ada Majlis Sholawat Nariyah, misalnya di Blitar yang dikaji oleh Umi Choisaroh dalam skripsinya, Sejarah Perkembangan Majlis ta’lim dan Dzikir Jamiyah Sholawat Nariyah Mustaghitsu al-Mughits di Dusun Mantenan Desa Sukorejo Kecamatan Udanawu Blitar 2011-2018 UIN Sunan Ampel, 2019, dan Majlis ini cukup terkenal di Jawa Timur, yang diasuh oleh KH. Muhammad Sonhaji Nawal Karim Zubaidi Gus Shon. Amalan ini sebelumnya dilaksanakan oleh kakek dan ayahnya, dan kini telah memiliki cabang yang cukup banyak tidak kurang dari 60 cabang. Amalan Manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jilani Amalan manaqib Syaikh Abdul al-Jailani sudah lama dikenal di Jawa, baik oleh penganut tarekat Qadiriyah atau masyarakat secara umum, di masa awal penyebaran Islam di tanah Jawa. Beberapa jenis Manaqib Syeh juga berbeda-beda, ada yang berbentuk nazhaman dan ada yang berbentuk prosa yang berbentuk nazhaman disebut Manaqibul Akbar dengan wasilah kepada beberapa syaikh, yaitu Syaikhona Kholil Bangkalan; ada yang berbentuk prosa, seperti yang terkenal adalah Al-Lujainud Dani, yang banyak diterjemah ke dalam bahasa pegon; ada yang dengan judul Lubabul Ma`ani, An-Nurul Burhani, ada juga Jawahirul Maani, dan lain-lain. Di Banyuwangi pusat ijazah amalan Manaqibul Akbar ada di Pesantren Darussalam Blokagung, dan para murid-murid mereka yang telah mendirikan pesantren. Di Jember Manaqib Syaikh di antaranya diamalkan jama`i oleh KH. Muzakki Syah, dengan ribuan jamaah; di Pasuruan ada Yayasan Serba Bakti YSB Pontren Suryalaya Nongko Jajar, Pasuruan; dan yang terkenal di Pasuruan, pengijazah manaqib dengan judul Jawahirul Ma`ani adalah KH. Ahmad Jauhari Umar 1945-2006, berpusat di Pesantren Darussalam Tegalrejo. Pusat-pusat yang lain dimiliki oleh pusat-pusat tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, seperti di Mranggen yang berpusat pada KH. Muslih al-Maraqi dan murid-muridnya, KH. Asrori al-Ishaqi dan para murid-muridnya, penerus tarekat KH. Mustain Ramli di antaranya diteruskan Gus Mujib; KH. Abah Anom Suryalaya dan para muridnya di Tasikmalay; di Cilacap, Pesantren Kesugihan yang didirikan KH. Badawi Hanafi sekarang ini juga termasuk yang menyelenggarakan Manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jilani; dan di banyak tempat dari cabang-cabang tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di pulau Jawa. Amalan Hizib Autad Hizib ini selain diamalkan banyak kyai di Jawa juga diamalkan masyarakat muslim Jawa di berbagai majlis ta’lim dan pengajian, dimulai dengan Allohul Kafi Robbunal Kafi Qoshodnal Kafi Wajadnal Kafi, dan seterusnya. Pusat-pusat pengambilan amalan Hizib ini, terdapat di pusat-pusat Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Hizib Nahsar-Hizib Bahr-Hizib Bar Amalan Hizib ini juga dimiliki oleh banyak kyai di Jawa, dan sumber hizib-hizib ini adalah dari Syaikh Abul Hasan as-Sadzili. Pusat-pusat tarekat Sadziliyah di Jawa, adalah juga pusat pengambilan ijazah hizib-hizib Syaikh Sadzili ini. Amalan Ayat Lima Di antara beberapa jenis amalan ayat Al-Qur’an adalah Ayat Lima, Ayat 7, dan Ayat 15; dan di antara pusat yang menyebarkan Ayat Lima di antaranya dimiliki oleh para mursyid Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dari jalur Syaikh Ibrahim Brumbung, yang diwariskan kepada KH. Hasan Anwar ke KH. Madchan bin Abdul Manan. Dalam amalan mereka ini, pengamalan dilakukan puasa dan diamalkan selama 3 hari diamalkan sebanyak 313 x, dengan wasilah keguruan mereka; dan setelah itu diamalkan setiap hari. Di antara kyai lain yang menjaid pusat amalan ini adalah di Krapyak yang diamlkan oleh KHR. Abdul Qodir. Amalan Yasin Fadhilah Amalan Yasin Fadhilah banyak dilakukan kyai-kyai di Jawa, dan di antara pusat penyebaran amalan ini adalah para keluarga Mbah Imam Puro. Di Banyuwangi Yasin Fadhilah juga disebarkan melalui Pesantren Blokagung dalam kumpulan wirid-wirid yang sudah tercetak. Di Ceroben, tepatnya di Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Cirebon, Yayasan PATWA Yayasan At-Tarbiyatul Wathoniyah, dengan otoritas KH. Amad Syathori, juga menyebarkan amalan ini; dan beberapa doa dari Yasin Fadhilah di sini, variasinya ada yang diperoleh dari Syaikhona Kholil Bankalan. Di Jawa Tengah, Mbah Maemun Zubair juga termasuk yang dikenal memberi ijazah Yasin Fadhilah; di Yogyakarta, Pesantren Wahid Hasyim, yang didirikan KH. Abdul Hadi juga mengamalkan Yasin Fadhilah, di Asrama Al-Hikmah; dan masih banyak lagi di Pesantrfen-pesantren di Jawa. Sholawat Kubro Amalan Sholawat Kubro yang merupakan sholawat yang dikenal diamalkan para wali di tanah Jawa di masa awal, di antaranya adalah KH. Imroni Abdullah di Jepara. KH. Imroni mengamalkan bersamaan dengan mujahadah Sholat Tasbih. Selain itu, Sholawat Kubro juga diamalkan keluarga dari Mbah Imam Puro yang terhimpun dalam kitab Manaqib-nya, dan tokoh ini makamnya ada di Geger Menjangan, Purworejo. Ratib Al-Haddad Banyak kyai di Jawa, baik yang keturunan langsung dari Sayyid atau Habib, atau yang dari suku Jawa-Madura, mengamalkan Ratib al-Hadad, yang disusun Al-Habib bin Abdullah bin Alwi al-Haddad. Di antara pusat pengijazah ini, bersumber dari KH. Asad Syamsul Arifin di Situbondo; KH. Abdul Hamid di Pasuruan; KH. Mufid Masud di PP Sunan Pandanaran; KH. Abdul Mukhit di Jejeran; Abuya Muhtadi Dimyati Banten, dan masih banyak Habib-Sayyid-syarif, dan kyai-kyai lain membaca Ratib ini, dan tersebar dari Banyuwangi, Cirebon sampai Banten. Dalam tulisan di tebuireng online yang ditulis Arif Khuzaini, berjudul “Sejarah, Khasiat & Bacaan Ratib al-Haddad”, di antaranya dia menyebut pemberi ijazah Ratib ini yang di Indonesia, diperoleh dari beberapa guru Habib Ali bin Husain al-Haddad Surabaya, Habib Ali Al-Jufri Jombang, Habib Muhammad as-Segaf Solo, Habib Alwi al-Haddad Peterongan, dan K. Ahmad Muntaha Pesantren Gedongsari Nganjuk, dan yang satu dari Yaman Habib Ahmad bin Husain Aidid. Ratib Kubro Amalan Ratib Kubro juga dibaca oleh sebagian masyarakat-kyai di Jawa, dan sumber pengijazah dari amalan ini di antaranya adalah Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Rotib ini disusun Habib Thoha bin Hasan bin Yahya Ba `Alawi, adalah putra dari Habib Hasan bin Thoha bin Yahya Semarang, dan terhitung amalan ratib yang disusun lebih belakangan dibanding dengan Ratib Al-Haddad, ratib al-Atasy, dan ratib yang sejenis dari Hadhramaut. Dari Habib Luthfi, lalu menyebar ke berbagai muridnya, dan di antara penyebarannya melalui KH. Abdullah Saad di Pesantren al-Inshof, Karanganyar. Termasuk pengamalan Ratib Kubro di Yogyakarta, bertempat di Pesantren Kyai Khairani Cepokojajar Piyungan, juga dari Habib Muhammad Luthfi Pekalongan, dan kemudian berhubungan dengan KH. Abdullah Saad, Karanganyar. Simtud Durar Kitab Maulid Simtud Durar, disusun oleh Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi asal Hadhramaut yang dibaca seminggu sekali di Masjid Riyadh, Syaiun, Hadhramaut. Yang membawa ke Indonesia ada dua jalur, seperti disebutkan Muhammad Asad dalam 31 Juli 2019 pertama, dari kalangan murid, bernama Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi w. 1917 di Cirebon, lalu ke Bogor, dan kemudian pindah ke Surabaya; lalu pembacaan Simtud Durar ini diteruskan oleh Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi w. 1968, yang disebut Habib Ali Kwitang, yang juga murid penyusun Simtud Durar Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi; dan mengadakan pembacaan Simtud Durar ini di kantor pusat Jamiat Khoir, dan kemudian di Masjid Kwitang yang terkenal pada tahun 1930-an. Kedua, Simtud Durar juga dikenalkan oleh Habib Alwi, keturunan Habib Ali Al-Habsy penyusun Simtud Durar w. 1953 sendiri. Putra Habib Ali penyusun Simtud Durar ini, ke Nusantara, menetap di Jakarta, kemudian ke Semrang, dan terakhir di Solo. Tahun 1934, Habib Alwi mendirikan masjid Riyadh di Solo. Setelah itu, penyebaran Simtud Durar dilakukan putra Habib Alwi yang bernama Habib Anis bin Ali al-Habsy w. 2006, yang sangat terkenal. Ijazah Simtud Durar banyak bersumber dari Solo, dari Habib Anis dan murid-muridnya. Dalail Khairat Amalan Dalail Khairat berasal dari Imam al-Jazuli juga dilakukn oleh banyak kyai di Jawa, dan dilakukan berbagai pengikut tarekat. Sanad mereka banyak bersambung kepada Syaikh Mahfudz Termas, dan beberapa syaikh lain di Hijaz. M Bagus Irawan telah menerjemahkan Dalail Khoirot ini ke dalam bahasa Indonesia diterbitkan Keira Publising 2019 dan menulis “Sanad Dalail Khairat di Nusantara” 3 Oktober 2019. Amalan Dalail Khaoirot ini banyak diamalkan disertai dengan puasa, ada yang setahun, lalu ditambah beberapa tahun, dan ditambah harus rajin membaca Al-Quran. Di antara pusat penyebaran dan pengambilan ijazah adalah Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas Empang Bogor w. 1932 dan para muridnya; Abah Anom juga disebut penyambung rantai sanad Dalail Khoirot; di Pekalongan ada KH. Thohir bin Abdul Lathif w. 1946. Sementara di Kudus, mujiz terkenal adalah KH. Ahmad Basyir, di Pesantren Darul Falah Jekulo; di Jombang ada KH. Djamaluddin Ahmad Tambakberas dan KH. Abdul Aziz Mansur Paculgowang; dan amalan Dalail Khoirot juga ada di Pesantren Lirboyo Kediri dan KH. Djazuli Usman di Ploso; di Blitar ada KH. Mahdi di Pesantren Miftahul Huda; di Malang, ada KH. Achmad Masduqi Mahfudz di PP Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda; dan di Yogyakarta ada KH. Ali Maksum, dan di PP Sunan Pandanaran Yogyakarta, KH. Mufid Masud juga pengamal Dalail Khoirot yang memperoleh dari KH. Ma’ruf Surakarta dan KH. Abdul Muid Klaten; dan di Jawa tengah ada KH. Muhammadun Pondowan dan murid-muridnya. Tarekat Qadiriyah Di antara pemegang sanad tarekat Qadiriyah di Jawa, sekarang ini adalah KH. Ahmad Hisyam Syafaat Banyuwangi, yang memperoleh dari Syaikh Abdul Karim al-Mudarris Irak, seperti disebutkan di 30 Oktober 2014. Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah Amalan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, pusat baiat dan pengijazahannya di antaranya, melalui pusat-pusat seperti Syaikh Abdul Karim Banten dan murid-muridnya, Syekhona Kholil Bangkalan dan murid-muridnya, KH. Hasan Basuni Madura dan murid-muridnya, Syaikh Ibrahim Brumbung dan murid-muridnya, Abah Anom di Suryalaya dan murid-muridnya, KH. Asrori al-Ishaqi di Surabaya dan para penerusnya, KH. Mustain Romli dan para penerusnya, KH. Muslih Mranggen dan para penerusnya, KH. Hasan Anwar Purwodadi dan para penerusnya, Habib Ali Alhinduan Madura, dan lain-lain. Jaringan mereka ditulis oleh Martin van Bruinessen dalam buku Kitab Kuning. Tarekat Syathariyah Pusat Tarekat Syathariyah dulu ada di Pamijahan, bersumber dari KH. Abdul Muhyi dan jaringan murid-muridnya yang sangat luas; Ronggowarsito dan Ronggosasmito di Kartasura; Kyai Asy’ari Kaliwungu, yang dikenal sebagai Kyai Guru juga menjadi rantai sanad penting tarekat ini; dan di Yogyakarta kini tarekat ini ada di Jejeran dari sanad Mbah Nawawi Jejeran dan Giriloyo Mbah Marzuqi Giriloyo. Sementara gabungan Sadziliyah-Syathariyah berpusat baiatnya dari Mbah Imam Puro dan keturunannya serta murid-muridnya yang tersebar. Tarekat Syadziliyah Pusat Sadziliyah yang cukup tua adalah Pesantren al-Kahfi atau Pesantren Sumolangu melalaui Kyai Sumolangu dan murid-muridnya; KH. Idris Jamsaren di Solo; KH. Dalhar di Pesantren Darussalam Watucongol dan para murid-muridnya; KH. Abdul Malik Purwokerto Sadziliyah dan Naqsyabandiyah dengan jaringan para muridnya yang luas; KH. Abdul Jalil Mustaqim di Pondok Peta Tulungagung dan para murid-muridnya, Habib Muhammad Luthfi di Pekalongan dan para murid-muridnya; KH. Siroj Payaman Magelang, KH. Ahmad Ngadirejo Klaten, KH. Abdullah Kaliwungu, KH. Siradj Panularan Surakarta, KH. Abdul Muid Tempursari Klaten, KH. Maruf Mangunwiyoto Jenengan, KH. Idris Kacangan Boyolali, dan beberapa yang lain. Tarekat Naqsyabandiyah Amalan Tarekat Naqsyabandiyah di Jawa telah dijelaskan Martin van Bruinessen dalam buku Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia Mizan, 1996, yang pusat-pusatnya di antaranya KH. Usman Gedang dan para muridnya, KH. Muhammad Ilyas di Sokaraja Banyumas dan para muridnya; Syaikh Abdul Hadi Giri Kusumo dan para murid-muridnya, sebelah tenggara Semarang; KH. Abdurrahman Kebumen; tarekat ini juga pernah ada di Pesantren Benda Kerep Cirebon; dan KH. Zain putra KH. Tholchah Cirebon. Di antara cabang-cabang penting yang sekarang berkembang-terkenal adalah KH. Mansur Popongan dan para penerusnya, KH. Arwani Kudus, Mbah Mangli Magelang, dan banyak lagi yang lain. Dalam buku Zamaksyari Dhofier berjudul Tradisi Pesantren LP3ES, 2011, disebut Syaikh Abdul Jalil Tegalsari Salatiga w. 1916 termasuk penyebar Naqsyabandiyah awal dan mendapat langsung dari Mekkah, di luar jalur yang selama ini ada. Di Madura, beberapa mursyid Naqsyabandiyah juga disebut Martin adalah perempuan, seperti Nyai Thabibah yang memperoleh dari KH. Ali Wafa dan Syarifah Fatimah yang memiliki pengikut cukup banyak. Tarekat Tijaniyah Pengambilan amalan tarekat Tijaniyah bersumber di Pesantren Buntet, dan jaringan yang mengambil dari Pesantren Buntet. Hizib Ghazali Di antara sumber penting pengijazah Hizib Ghazali adalah KH. Chudlori di API Magelang dan para murid-muridnya, sebagaimana disebutkan oleh Bambang Pranowo dalam Memahami Islam Jawa 2009. Amalan Hizib Ghazali dilakukan dengan berpuasa selama 7 hari, dan dibaca setiap selesai sholat 5 waktu minimal 7 x dan maksimal 40 x. Di Banyuwangi, Hizib Ghazali juga diajarkan melalaui Pesantren Manbaul Ulum, Muncar Banyuwangi, dan di beberapa pesantren lain di Jawa. Hifdzul Quran Amalan menghafal Al-Qur’an di Jawa yang paling terkenal dan cukup tua adalah Pesantren Krapyak melalaui sanad KH. Munawwir. Dari KH. Munawwir kemudian banyak dikembangkan para muridnya di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Beberapa pesantren yang menjadi pusat menghafal Al-Qur’an, di antaranya, selain Krapyak adalah PP. An-Nur Ngrukem, Bantul; juga ada di PP Sunan Pandanaran; juga ada di Wonosobo, dibawah otoritas KH. Muntaha; dan beberapa pesantren lain. Amalan Ngaji Shahih Bukhari Di antara pengijazah amalan dengan tirakat ngaji Shahih Bukhari, yang ternama adalah Hadhratusy Syaikh Hasyim Asyari dan para murid yang mengambil ijazah darinya dari Syaikh Mahfudh at-Tirmasi; KH. Zubair ayah Mbah Maemun Zubair dan para miuridnya; KH. MA Sahal Mahfuzh dari Syaikh Zubair dan Syaikh Yasin al-Fadani; KH. Maruf Amien yang memperoleh dari KH. Idris Kamali menantu Hadhratusy Syaikh Hasyim Asyari; dan sebagian pusat-pusat yang lain. Amalan Puasa Ndawud Amalan Puasa Ndawud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak. Amalan ini banyak pula diamalkan oleh banyak kyai di Jawa. Salah satu pemegang ijazah amalan ini adalah KH. Ahmad Hisyam Syafaat Pesantren Blokagung Banyuwangi, yang sering memberi ijazah setiap tahun tepat menjelang tahun baru Hijriyah; di Yogyakarta, di antara pesantren yang mengijazahkan ini adalah Pesantren Ash-Sholihah Jonggrangan Sumberadi Mlati Sleman, yang didirikan KH. Muhamamd Zahid; dan di beberapa pesantren yang mengijazahkan Dalail Khoirot, biasanya juga mengijazahkan Puasa Ndawud. Amalan Doa Nurbuat Di antara amalan yang banyak pula dilakukan kyai-kyai di Jawa dan habaib adalah Doa Nurbuat. Di antara sumber pengijazah amalan ini di Yogyakarta di antaranya bersumber dari KH. Khalil Harun Segoroyoso dan para muridnya yang mengambil ijazah mereka. Pengamalannya yang bersumber dari kyai yang memperoleh dari KH. Kholil Harun, Doa Nurbuat ini diamalkan setiap hari 3 x atau 5 x, dengan dipungkasi Sholawat Tunjina 15 x. Ayat-Ayat Syifa Ayat-ayat Syifa adalah ayat-ayat yang diguankan menjadi wasilah memohon kesembuhan dan obat dari sakit badan dan batin. Di antara pusat dari jazahan ini bersumber dari Kyai Asyari Kaliwungu, KH. Munthaha dan KH Faqih Muntaha, yang telah terhimpun dalam sebuah rangkaian wirid Ayat Syifa, dipungkasi dengan sholawat Thibbil Qulub. Mursyid Sadziliyah-Syathariyah di Purworejo, KH. Adib Luthfi Hakim juga mengamalkan Ayat Syifa; dan banyak kyai lain juga mengamalkan ini. Ayat-Ayat Hifzhi Ayat-ayat Hifzhi adalah doa-doa untuk penjagaan dari segala gangguan jin setan dan hal-hal buruk lain. Di antara, yang menjadi sumber pengijazah amalan Ayat-Ayat Hifzhi, sebagaimana ada dalam amalan sebagian keturunan Mbah Imam Puro di manaqib-nya, adalah berasal dari Pesantren Poncol Salatiga, yang didirkan KH. Misbach, dan diteruskan para murid-muridnya. Hasbunalloh wani’mal Wakil Amalan hasbunalloh wani’mal wakil, di antara sumber pingijazahnya adalah KH. Abdul Hamid Pasuruan ada yang dalam jumlah 450 x setiap hari, dan ada yang siang 450 x dan malam 900 x, sebagaimana yang diceritakan sebagian pengamalnya kepada saya; dan banyak kyai lain di Jawa. Mantra Jawa di Pesantren Meskipun kyai-kyai Pesantren di kalangan muslim Jawa menggunakan amalan wirid dalam bahasa Arab, tetapi mereka juga berbahasa Jawa dalam kebiasaan hariannya; dan tidak sedikit yang memiliki mantra-mantra berbahasa Jawa untuk keperluan-keperluan tertentu sebagai wirid, sebagai pelengkapnya. Di antara mereka yang memiliki mantra Jawa ini ada Guru Marzuki Giriloyo Syathariyah, KH. Dalhar Watucongol Syadziliyah, KH. Madchan Abdul Manan Qadiriyah-Naqsyabandiyah-Syathariyah di Purwodadi, Mbah Imam Puro di Purworejo Sadziliyah-Sathariyah, dan beberapa kyai lain. Apa yang disebutkan dari beberapa amalan dan sebagian penyebar amalan-amalan itu, hanya sebagian kecil saja, dan tentu banyak sekali kyai-kyai di Jawa yang mengamalkan amalan-amalan wirid yang tidak disebutkan di sini, dan di luar jangkauan yang saya ketahui.Majalah Ghoib Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan hampir 3 jam lamanya dengan berkendaraan bermotor dari kota palembang. Akhirnya koresponden majalah ghoib tiba di desa Kemang Indah, Mesuji OKI. Perjalanan masih harus ditempuh 18 km lagi melewati jalan becek dan sempit untuk sampai di Pesantren Darul Falah Es Salafy. Waktu menunjukkan pukul wib, ditengah udara yang sejuk dan hujan rintik-rintik koresponden Majalah Ghoib berbincang dengan Mudir Pondok Pesantren Darul Falah Es Salafy. BERIKUT SELENGKAPNYA Dulu waktu di temanggung saya menuntut ilmu disebuah pondok pesantren untuk mencari ilmu agama. Sebagaimana layaknya pesantren –pesantren di jawa, kami diajarkan ilmu-ilmu syari’ah dan juga aqidah. Akan tetapi, banyak diantara para santri termasuk saya yang juga mencari ilmu-ilmu lain di luar pesantren tanpa sepengetahuan kyai. Diantara ilmu-ilmu yang sempat saya pelajari ketika itu ialah ilmu kebal, ilmu tenaga dalam dan ilmu laduni. Ilmu-ilmu tersebut biasa kami sebut dengan ilmu hikmah. Ilmu hikmah adalah ilmu yang diraih dengan melakukan ritual-ritual tertentu seperti puasa; puasa ngesrep mutih dan puasa ngebleng tidak makan, tidak minum, tidak bicara dan tidak berada didalam rumah. Dan khusus untuk ilmu laduni ilmu yang dianggap berasal dari Allah melalui Nabi Khidir as. Tanpa melalui proses yang payah. Tujuannya adalah untuk mempercepat daya ingat dan daya tangkap serta dapat dicapai dengan mengamalkan wirid “Robbi Zidni ilma war zugni fahma” berulang-ulang sambil berpuasa ngebleng. Selain itu, saya juga berguru di cirebon. Disana umumnya yang datang adalah pak kyai yang ingin buka pesantren. Kami diberikan amalan-amalan wirid dengan berpuasa ngesrep serta tidak tidur sepanjang malam. sambil tersenyum, kyai suhaimy mengenang suatu kejadian ketika sedang melakukan wirid dia tertidur. Oleh pak kyai dihukum dengan menambah jumlah bilangan wiridnya. Amalan-amalan wirid diberikan dengan menggunakan sistem paket. Misalnya paket 7 hari, 21 hari, 41 hari, 105 hari yang semuanya ditentukan oleh pihak pesantren. Dan kami hanya boleh berbuka serta sahur dengan makan nasi putih 1 kepal ditambah dengan air 1 botol. Begitulah pencarian saya terhadap ilmu-ilmu perdukunan. Sepanjang pulau jawa telah saya rambah. Dari madura hingga banten saya sambangi untuk mencari ilmu klenik. Tapi, ….beliau diam sejenak ternyata semua yang saya inginkan tidak terbukti sama sekali. Sontoh ilmu laduni yang katanya bisa mempercepat daya tangkap. Ya, sama sekali gak terbukti. Tetapi saya berhasil mendapatkan jimat-jimat. Itu saya peroleh ketika saya mengabdi di pesantren di Temanggung. istilah mengabdi adalah pengabdian seorang santri yang telah lulus dari pesantren dengan mengajar di pesantren yang biasanya tanpa diberi imbalan/gaji. Jimat-jimat tersebut saya dapat dengan mewiridkan Hizb Asror. Ketika saya membacakan wirid-wirid asror, tiba-tiba jimat-jimat itu datang kepada saya secara ghaib. Seperti batu akik anti cukur dan anti tembak, pundi emas, batk bolu tempurung kelapa berlubang 3, cundrik keris, besi kuning keong buntet. Jimat-jimat itu seperti tunduk kepada saya. Karena datang sendirinya. Dan datangnya pada waktu kapanpun tidak peduli sedang pengajian. Seperti yang pernah terjadi pada saat saya sedang mengajar pengajian murid saya. Tiba-tiba ”pluk…” sebuah benda jatuh dihadapan saya. Untungnya para murid tidak ada satupun yang melihatnya. Hanya saya yang bisa melihatnya. Setelah itu saya ambil dan saya uji coba dirumah untuk mengetahui kesaktian dan fungsinya. Masyarakat sekitar sudah tahu akan kesaktian jimat-jimat itu. Dan saya juga langsung membuktikannya sendiri dihadapan masyarakat. Contoh batu akik itu, saya masukkan kedalam gelas yang berisi air, kemudian saya tembak dengan senapan angin ternyata gelas tersebut tidak pecah. Dan banyak lagi jimat-jimat lain yang memiliki kekuatan yang telah saya uji dihadapan umum, meskipun demikian, saya merasa tertipu dengan jimat-jimat pemberian jin itu. Ternyata semua itu hanya tipuan semata yang dilakukan oleh jin untuk memperdaya manusia. Buktinya jimat anti kebal saya hanya bisa bertahan pada tembakan pertama dan kedua saja. Pada tembakan ketiga dan seterusnya gelas itu menjadi pecah. Kemudian pundi emas seberat ¼ Kg yang saya terima secara ghaib itu pernah ada seorang pengusaha yang akan membelinya. Saat itu dia menawar harga Rp. per-gramnya. Pertama kali dia datang melihat benar-benar asli dan sudah diujinya. Pada kali kedua dia datang lagi dengan sekalian membawa uang dalam koper. Tapi, lagi-lagi syetan itu menipu. Tiba-tiba kadar emasnya susut menjadi 40 %. Nah…..disitulah saya merasa ditipu habis-habisan oleh jin. Pembeli itu pun gagal membeli. Sebenarnya, awalnya saya sendiri tidak pernah punya keinginan untuk menggunakan jimat-jimat itu apa lagi mempercayainya. Motivasi saya waktu itu hanya satu saja, yaitu bagaimana saya mendapatkan uang sebanyak-banyaknya untuk membangun pesantren. Ide ini muncul ketika saya menjadi santri pengabdian di Temanggung. Selain mengajar di pesantren, saya juga membuka pengajian di rumah. Santri yang awalnya cuma sedikit, lama kelamaan bertambah banyak. Saya perlu tempat yang lebih luas. Dari situlah muncul keinginan untuk membuka pesantren sendiri. Dari keinginan tersebut, saya coba amalkan wirid Hizb Asror untuk mendapatkan jimat-jimat dengan tujuan untuk dijual dan uangnya untuk membangun pesantren. Pembeli beragam, mulai dari pengusaha, pejabat ataupun orang biasa. Tapi akhirnya, tidak ada satupun yang menjadi uang karena saya tertipu oleh akal-akalannya jin. SUAP DARI JIN SEBESAR US$ 1 JUTA Setelah saya merasa berkali-kali tertipu oleh jin, saya memutuskan untuk tidak lagi mengamalkan Hizb Asror tersebut. Lebih kurang satu bulan kemudian saya mengalami kejadian yang aneh. Seperti biasanya ketika adzan subuh saya bergegas kemasjid untuk melaksanakan shalat shubuh. Ada kegiatan rutin setelah shalat shubuh selesai. Yaitu memberikan taklim pengajian kepada masyarakat. Tapi pagi itu berbeda. Ada yang janggal. Selepas saya memberikan taklim dan para jamaah bubar, tiba-tiba ada orang azan lagi. Saya lihat, jamaah yang telah bubar tadi datang lagi untuk shalat dan ikut pengajian. Rupanya yang kedua inilah yang benar-benar jamaah saya. Saya jadi berpikir, jadi jamaah yang pertama itu siapa ……? Rasa heran dan penasaran saya tersebut tidak saya beritahukan kepada para jamaah, khawatir nanti mereka ketakutan. Satu jam berlalu selepas saya memberikan taklim kedua, saya pulang kerumah. Sesampainya dirumah saya kedatangan 2 orang tamu yang pernah saya lihat pada taklim yang pertama. Tanpa banyak ngobrol dan bicara, kedua tamu saya tersebut memberikan amplop yang berisi uang katanya untuk membangun pesantren. Berbunga-bunga hati saya menerima amplop tersebut. Terbayang segala impian saya selama ini menjadi kenyataan. Setelah kedua orang tamu itu permisi untuk pulang. Saya buka amplopnya bukan main terkejutnya saya, ketika tahu isi amplop itu senilai 1 juta US Dollar berikut sertifikat uang tersebut. Saya kejar kedua tamu itu untuk menanyakan uang tersebut, kalau-kalau mereka salah alamat namun keduanya menghilang entah kemana. Padahal secara logika, seharusnya mereka masih bisa dikejar. Tapi mereka hilang begitu saja. Misterius. Akhirnya saya putuskan untuk mencoba mencairkan uang tersebut kepada beberapa Bank besar di Jawa tengah dan Jakarta. Namun jawaban semua bank-bank tersebut sama, mereka mengatakan bahwa uang yang saya bawa adalah asli setelah diteliti dan diuji terlebih dahulu oleh pihak bank, akan tetapi mereka tidak dapat mencairkan uang tersebut. Saya heran, mengapa bisa begitu. Selanjutnya saya disarankan untuk mencairkannya di Singapura. Nekad, saya jual dua motor saya untuk ongkos ke Singapura. Dalam bayangan saya, jika cair saya bisa beli dari sekedar dua motor. Tetapi ada yang aneh dalam perjalanan saya. Mata saya tertipu. Ditiket jelas-selas saya baca tujuannya adalah Batam. Tetapi ternyata hanya berakhir di Palembang. Akhirnya saya harus merogoh kocek saya lagi untuk menyambung perjalanan ke Singapura. Ongkos sudah menipis. Ditemani oleh seorang rekan saya yang sudah biasa kesana, saya coba mencairkan uang tersebut ke beberapa Bank di Singapura termasuk diantaranya Bank Amerika disana. Lagi-lagi jawabannya sama sebagaimana yang saya terima di Indonesia. Di tengah keputus asaan itu seorang kerabat saya yang bekerja disebuah kapal pesiar di Amerika pulang ke Indonesia. Saya perlihatkan uang 1 juta US Dollar kepadanya sekaligus saya ceritakan asal-usulnya. Waktu kembali ke Amerika, dia membawa uang tersebut ke Amerika. Uang tersebut dibawa ke bank yang mengeluarkan uang itu. Pihak bank mengatakan bahwa uang giral tersebut kemungkinan milik salah seorang jutawan amerikan yang hilang. Akan tetapi, mereka tidak bisa memastikan milik siapa uang tersebut. Dan mereka tidak bisa mencairkan uang kecuali oleh bertanda tangan di sertifikat itu sebagai pemilik aslinya. Lalu uang tersebut dikembalikan kepada saya lagi. Yang jelas, saya bertambah menyesal dan bertaubat setelah kejadian itu. Akhirnya saya berangkat ke tanah suci Mekkah untuk melaksanakan umroh. Penyesalan dan tobat saya semakin mendalam. Ketika saya melakukan tawaf keliling ka’bah. Tiba-tiba sabuk saya jadi kendor. Uang 1 juta US Dollar yang saya letakkan dalam sabuk itu hilang secara misterius. Saya menangis memohon ampun kepada Allah dan bertaubat dengan taubat nasuha. Perasaan bersalah menggedor-gedor dada. Dihadapan baitullah saya amat terasa kecil. Kemudian, atas saran dari kawan-kawan dan juga atas keinginan saya sendiri, saya memutuskan untuk kuliah di Ummul Quro dan sekolah di Syekh Alwi Al-Maliki di Mekkah. Terilhami dengan apa yang telah berlaku kepada saya sebelum ini, ketika saya pulang ke tanah air saya langsung membuka pesantren tauhid. Menurut saya, rohnya agama itu adalah tauhid maka saya ingin memperbaiki aqidah ummat. Setelah saya taubat dan mengubur semua jimat saya, bukan tidak ada halangannya dari jin. Sekali waktu tetangga saya bertanya, ”saya lihat kyai semalam jalan-jalan jam dua tanpa baju, ngodem yi?” ”Oh….ya….ya,” kata saya agak gugup menutupi hal yang sebenarnya tidak saya lakukan semalam. Hanya saja saya khawatir dia berpifkir yang tidak-tidak, maka saya iyakan saja. Semoga jin tidak berulah muncul dalam wajah saya dan melakukan fitnah di masyarakat. Pertama, saya melarang semua santri untuk mempelajari ilmu-ilmu hikmah. Suatu saat ada santri saya ada yang menghadap saya meminta ilmu jaduk kebal. Saya bilang kalau di pesantren ini tidak ada ilmu seperti itu. Disini adanya tauhid yang benar. Kalau mau masih cari ilmu seperti itu cari saja di pesantren lain. Kedua, mengajarkan pelajaran tauhid dengan sebenarnya mulai dari jenjang SLTP. Dan ketiga, mengadakan kegiatan-kegiatan seminar dan ruqyah massal di masyarakat. Bahkan saya berniat mendirikan klinik pengobatan ruqyah syari’yyah sendiri untuk wilayah kemang dan sekitarnya. Saya sendiri pernah di ruqyah. Dan hasilnya luar biasa. Sebelum saya di ruqyah oleh ustadz ikhwan di ghoib ruqyah syar’iyyah cabang Palembang, saya itu mudah sekali lupa, pusing-pusing dan suka marah. Alhamdulillah sekarang sudah berkurang. Dan yang jelas, dengan adanya ruqyah syar’iyyah tersebut merupakan suatu usaha untuk memurnikan aqidah ummat serta mengembalikannya ke jalan yang lebih diridhoi oleh Allah. Dan saya juga merasakan bahwa dakwah ini sudah diterima oleh masyarakat serta perubahannya sudah bisa dilihat. Selama 6 tahun saya berdakwah keliling kampung, mengajak ke aqidah murni dan jalan Allah, tetapi tidak ada hasilnya. Sekarang ketika kawan-kawan ghoib melaksanakan dakwah dengan pendekatan ruqyah syar’iyyah dan saya anggap berhasil maka saya mendukung usaha tersebut. Maka mari maju terus, pantang mundur. Kalau orang berani terang-terangan dan terorganisir melaksanakan kemaksiatan kok kita tidak berani melaksanakan kebaikan. Kalau ada ganjalan dan ada yang tidak suka, anggap itu sebagai sunnatullah dalam perjuangan. Dikutip dari Majalah Ghoib edisi Khusus ” Dukun-dukun Bertaubat” halaman 44-49 Sumber Popularity 1% [?]
PONPES SALAFIYAH NURUL HIKMAH Senin, 07 Oktober 2013. Pondok Pesantren Salaf, salafi atau salafiyah adalah tipe pondok pesantren tradisional di Indonesia. Kebalikan dari pesantren salaf adalah ponpes modern (kholaf, ashriyah). Pertama, pesantren yang menekankan pada ilmu-ilmu agama dalam literatur bahasa Arab klasik seperti disebut didoaamalan ilmu asr pondok pesantren . Program baiat dan ijazah kubro ilmu hikmah. March 2, 2016 March 12, 2020 ILMU HIKMAH. Baiat & Ijazah kubro Ilmu Hikmah. Baiat Ilmu Hikmah. merupakan racikan terbaik para HUKAMA dimana dalam penggunaannya (selepas baiat) tidak diperlukan ritual khusus yang memberatkan. Tanpa harus melakukan ritual puasa dan
Bilaingin menjadikan artikel pondok pesanteren khusus ilmu kebatinan sebagai bahan kliping atau makalah, di sini anda bisa mendownloadnya secara gratis. pondok pesanteren khusus ilmu kebatinan adalah salah satu artikel yang paling banyak dicari dan diminati oleh banyak IjazahanAmalan Wirid-Ilmu Hikmah dan Tarekat di Pesantren. Amalan ini untuk umum-kolektif yang harus dijalankan khusus di pesantren sebagai bagian dari wirid yang dijalankan oleh para santri. Malik Purwokerto (Sadziliyah dan Naqsyabandiyah) dengan jaringan para muridnya yang luas; KH. Abdul Jalil Mustaqim di Pondok Peta Tulungagung dan .